
GISACT • 11 Agustus 2025
Optimalisasi Restorasi Mangrove: Solusi Iklim Berbasis Data untuk Indonesia
Mengapa Mangrove Penting untuk Indonesia
Indonesia adalah negara dengan ekosistem mangrove terluas di dunia, dan menyimpan cadangan karbon biru yang sangat besar. Meskipun hanya mencakup sebagian kecil dari total tutupan hutan tropis dunia, mangrove Indonesia mampu menyimpan karbon 2–5 kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan.
Selain menyerap karbon, mangrove berperan penting melindungi garis pantai dari abrasi, menjadi habitat berbagai spesies perikanan, dan menopang ekonomi pesisir. Namun, dalam dua dekade terakhir, banyak wilayah mangrove di Indonesia mengalami degradasi akibat konversi tambak, pembangunan pesisir, dan aktivitas industri.
Pendekatan Berbasis Data dan Zonasi
Penelitian ini mengintegrasikan data penginderaan jauh, model iklim, analisis tekstur tanah, dan zonasi pasang surut untuk menentukan lokasi penanaman mangrove paling potensial di seluruh Indonesia. Hasil analisis mengidentifikasi tiga zona pasang surut utama:
- Zona 2 (Medium High Tide/MHT): ±2,08 juta ha
- Zona 3 (Normal High Tide/NHT): ±1,69 juta ha
- Zona 4 (Spring High Tide/SHT): ±4,08 juta ha
Setiap zona direkomendasikan untuk spesies tertentu berdasarkan ketahanan terhadap genangan, kondisi tanah, dan potensi serapan karbon. Misalnya, Avicennia marina cocok di MHT, Rhizophora mucronata di NHT, sedangkan Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum optimal di SHT.
Lokasi Potensial Penanaman Mangrove di Indonesia
Untuk mempermudah perencanaan restorasi, penelitian ini memetakan lokasi-lokasi prioritas penanaman mangrove di seluruh Indonesia berdasarkan kombinasi zona pasang surut, kesesuaian tanah, dan spesies yang direkomendasikan. Peta pada Gambar 1 menampilkan sebaran titik prioritas ini dengan kode warna yang memudahkan identifikasi spesies. Peta ini telah didesain ulang agar lebih mudah dibaca, dengan pemisahan visual antarspesies menggunakan warna kontras, inset detail di hotspot restorasi seperti Teluk Bintuni dan Delta Mahakam, serta legenda yang ringkas sehingga mudah dipahami lintas audiens.

Proyeksi Karbon 100 Tahun
Selain lokasi, kajian ini juga memproyeksikan potensi penurunan emisi karbon dari penanaman mangrove hingga 100 tahun ke depan. Analisis dilakukan untuk tiga skenario tingkat keberhasilan tanaman (25%, 50%, 75%). Peta pada Gambar 2 memperlihatkan distribusi wilayah di Indonesia yang berpotensi mencapai penurunan emisi signifikan, dengan fokus pada kontribusi besar dari zona 4 SHT.

Pada skenario terbaik (75%), emisi CO₂ dapat ditekan antara -1.839 hingga 4.159 kg CO₂e per hektar per tahun. Peta menggunakan gradasi biru–merah untuk menunjukkan skala penurunan (biru tua) hingga potensi kenaikan (merah).
Kajian ini menyediakan panduan berbasis data untuk menentukan lokasi, spesies, dan strategi penanaman mangrove yang paling efektif di Indonesia. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada rehabilitasi ekosistem, tetapi juga pada kontribusinya terhadap pencapaian target penurunan emisi karbon nasional. Publikasi lengkap yang menjadi rujukan kajian ini dapat diakses di: Bit.ly/SEAMangroveRestoration
Mengubah Restorasi Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang
Restorasi mangrove di Indonesia adalah kesempatan besar untuk memperkuat ketahanan iklim, melindungi pesisir, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bukan sekadar menanam kembali, tetapi bagian dari strategi nasional mitigasi iklim yang terukur, berbasis sains, dan berorientasi jangka panjang. Dengan data spasial dan proyeksi karbon yang akurat, setiap hektar mangrove yang dipulihkan dapat memberi manfaat maksimal bagi iklim, ekosistem, dan kehidupan pesisir.
GISACT mengajak pemerintah, peneliti, LSM, sektor swasta, dan komunitas lokal untuk berkolaborasi memanfaatkan data dan teknologi. Bersama, kita dapat menjadikan restorasi mangrove sebagai warisan iklim untuk generasi mendatang. Saatnya bergerak sekarang demi pesisir Indonesia yang lestari, tangguh, dan sejahtera.