
GISACT • 5 Mei 2024
Menerangi Tanah Papua dengan Pembangkit Listrik Tenaga Hidro
Pendahuluan
Perkembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa dekade terakhir guna merespon perubahan iklim. Banyak negara di seluruh dunia mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi mereka. Sebagai sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, EBT menawarkan solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin terbatas. Selain itu, EBT membuka peluang baru untuk inovasi teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan perubahan sosial.
Di tengah isu global tentang perubahan iklim dan kebutuhan untuk menciptakan energi yang tidak hanya lebih berkelanjutan semenjak Paris Agreement ditekan 9 tahun lalu, Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai 23% bauran energi dari sumber EBT pada tahun 2025. Walaupun target ini tidak berjalan mulus, hingga tahun ini saja, baru tercapai 13.93%. Di sisi lain, ini merupakan konkret yang diambil adalah memanfaatkan potensi energi air, terutama di wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam seperti Papua.
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan EBT dari berbagai sumber, termasuk matahari, angin, panas bumi, bioenergi, dan air. ESDM mengkalkulasi total potensi EBT di Indonesia mencapai 3.686 GW dari enam energi. Salah satu contohnya adalah wilayah Papua, dengan kondisi geografis yang unik dan kekayaan sumber daya air, menjadi salah satu lokasi yang memiliki potensi besar dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

GISACT melakukan inovasi dengan melakukan pemodelan geospasial digunakan untuk mengidentifikasi lokasi potensial energi air di Papua. Pemodelan yang ditelah dibuat oleh GISACT menunjukkan bahwa terdapat 606 lokasi potensi untuk dibangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan berbagai jenis, mulai dari Pico hingga Large.Terdapat 52,3% diantaranya memiliki potensi untuk dibangun PLTA dengan jenis Large yang dapat menghasilkan listrik 100.000 kW.
Perlu diketahui PLTA dapat dibagi menjadi lima kategori berdasarkan kapasitas dayanya yaitu Pico (5–100 kW), Micro (100–1.000 kW), Mini (1.000–25.000 kW), Small (25.000–100.000 kW), dan Large (>100.000 kW).Kembali ke hasil pemodelan, terdapat sekitar 317 lokasi diklasifikasikan dalam kategori Large, dengan kapasitas energi mencapai lebih dari 100.000 kW.
Jika dijumlahkan, total potensi energi air yang bersumber dari PLTA di masing-masing provinsi sebagai berikut. Provinsi Papua Barat Daya mencapai 2,2 GW, Provinsi Papua Barat mencapai 6,4 GW, Provinsi Papua Tengah mencapai 11,8 GW, Provinsi Papua mencapai 19,5 GW, Provinsi Papua Pegunungan mencapai 16,2 GW, dan Provinsi Papua Selatan mencapai 4,5 GW.
Meskipun potensi PLTA di Papua sangat besar, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Pertama, infrastruktur yang terbatas, Papua adalah wilayah dengan keterbatasan akses jalan dan transportasi, yang dapat memperlambat pembangunan PLTA. Dua, konflik Kepentingan Lahan yang perlu pendekatan yang bijaksana untuk menghindari konflik. Tiga, biaya investasi yang tinggi, pembangunan PLTA memerlukan investasi awal yang besar, termasuk untuk survei lapangan, konstruksi, dan pengadaan teknologi.