Thumbnail for Banjir Lahar Dingin Menerjang Sumatera Barat: Pemantauan dampak kerusakan melalui pengolahan data citra satelit SAR

GISACT18 Mei 2024

Banjir Lahar Dingin Menerjang Sumatera Barat: Pemantauan dampak kerusakan melalui pengolahan data citra satelit SAR

Opinion

Hari Sabtu malam, bertepatan dengan tanggal 11 Mei 2024, bencana banjir lahar dingin menerjang sebagian kawasan di Sumatera Barat. Aliran air yang begitu deras dan diperparah dengan lumpur, batu-batuan, dan material lainnya menghancurkan kawasan penduduk. Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang adalah tiga wilayah yang terdampak banjir lahar, dengan total 19 kecamatan yang mengalami dampak berat. Kawasan-kawasan ini perlu tetap diwaspadai mengingat kemungkinan bencana susulan akibat meningkatnya curah hujan. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa bencana ini disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi dan menyapu endapan material hasil erupsi Gunung Marapi beberapa waktu lalu. Hujan lebat tersebut menyebabkan lahar dingin atau aliran material vulkanik bercampur air. Tak sedikit masyarakat yang terkena dampaknya, mulai dari rumah yang rusak, orang hilang, hingga kematian. Menurut data terbaru, hingga 16 Mei 2024, 67 orang telah meninggal dunia, seperti dilaporkan oleh Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto. Selain itu, BNPB mencatat masih ada 20 orang hilang, 40 orang terluka, dan 4.157 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Sementara itu, sebanyak 521 rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat akibat banjir lahar dingin.

Dengan memanfaatkan citra SAR Sentinel-1, kami membandingkan citra pra-kejadian (7 Mei) dan pasca-kejadian (14 Mei) yang dilakukan dengan menghitung rate of change (ROC) dari masing-masing piksel di lokasi tersebut. Dengan ini dapat diketahui setiap piksel mengalami tren peningkatan, penurunan, maupun konstan dalam kurun waktu yang digunakan. Jika dikaitkan dengan perubahan warna pada saat pra-kejadian dan pasca-kejadian, tren penurunan menunjukkan sungai mengalami perubahan warna menjadi coklat yang mengindikasikan adanya material lumpur di sungai yang berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Marapi. Seperti pada Gambar 1, warna merah di sepanjang sungai tersebut mengalami perubahan warna dan fisik jika ditinjau dari nilai backscatter SAR. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perubahan kondisi fisik di salah satu sungai yang membawa lahar dingin di Kab. Tanah Datar. Penggunaan teknologi pemantauan seperti citra SAR Sentinel-1 sangat penting dalam mitigasi bencana alam, karena dapat memberikan data secara cepat dan efisien mengenai perubahan kondisi lingkungan. Dengan informasi ini, tim penanggulangan bencana dapat merencanakan tindakan yang lebih efektif untuk mengevakuasi warga, memantau, dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Material banjir lahar pada salah satu sungai di Kab. Tanah Datar yang terdeteksi oleh citra SAR Sentinel-1
Material banjir lahar pada salah satu sungai di Kab. Tanah Datar yang terdeteksi oleh citra SAR Sentinel-1

Discover articles and tutorials to help you build better

  • Ilustrasi untuk Bromo Mountain Fire

    Bromo Mountain Fire

    Gunung Bromo baru-baru ini menjadi sorotan karena kondisinya kembali menghijau pasca kebakaran yang terjadi pada bulan September lalu. Kebakaran sebelumnya dipicu oleh flare saat sesi foto pre-wedding, namun ternyata bukan kali pertama kebakaran terjadi di kawasan tersebut pada tahun 2023. Data menunjukkan bahwa Karhutla di Indonesia sangat sering terjadi dan menimbulkan dampak signifikan bagi lingkungan. Teknologi satelit penginderaan jauh membantu memantau dinamika vegetasi, yang menunjukkan adanya proses regenerasi alami di area terdampak kebakaran.

  • Ilustrasi untuk Tambang Timah Ilegal: Korupsi dan Kerusakan Lingkungan di Pulau Bangka

    Tambang Timah Ilegal: Korupsi dan Kerusakan Lingkungan di Pulau Bangka

    Pulau Bangka, penghasil timah terbesar di Indonesia, menghadapi ancaman serius dari tambang timah ilegal yang merugikan negara hingga Rp 271 triliun.Analisis citra satelit menunjukkan bahwa 75, 85% area tambang di Pulau Bangka beroperasi tanpa izin resmi, menyebabkan kerusakan vegetasi seluas 1.253, 36 km², konflik lahan dengan perkebunan kelapa sawit, dan pencemaran lingkungan.Aktivitas ilegal ini mencerminkan lemahnya pengawasan serta celah dalam penegakan hukum, dengan banyak tambang dibiarkan terbengkalai tanpa pemulihan lahan pascatambang.Penggunaan teknologi pemantauan berbasis citra satelit menjadi solusi untuk memonitor aktivitas tambang ilegal dan mendorong penegakan hukum yang lebih ketat.

  • Ilustrasi untuk Krisis Sampah Plastik Sungai Citarum

    Krisis Sampah Plastik Sungai Citarum

    Sungai Citarum kembali menjadi sorotan setelah meluapnya sampah plastik, yang dijuluki sebagai "The New Ocean Rubbish," meskipun program Citarum Harum telah berjalan. Upaya pembersihan jangka pendek dengan bantuan alat berat dan ratusan personel berhasil mengurangi sebaran sampah, namun perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai membuat masalah ini terus berulang. Analisis satelit Sentinel-2 oleh GISACT menunjukkan pola pergerakan sampah plastik yang mengikuti aliran sungai dan fluktuasi jumlah akibat aksi pembersihan. Solusi jangka panjang memerlukan edukasi masyarakat, penegakan hukum yang tegas, serta inovasi dalam pengelolaan dan daur ulang sampah plastik.

  • Ilustrasi untuk Distribusi Stunting pada Balita dan Sekolah Prioritas Makan Bergizi Gratis

    Distribusi Stunting pada Balita dan Sekolah Prioritas Makan Bergizi Gratis

    Program Makan Bergizi Gratis(MBG) bertujuan meningkatkan kehadiran siswa, menurunkan angka stunting, dan menciptakan generasi sehat serta produktif dengan menyasar 82, 9 juta penerima.Meski potensial, program ini menghadapi kendala anggaran besar yang diprediksi mencapai Rp 460 triliun per tahun, sehingga implementasinya dilakukan bertahap hingga 2029. Menggunakan model berbasis AI dan data spasial, lokasi prioritas stunting dan sekolah yang membutuhkan intervensi berhasil diidentifikasi, dengan 4.916 sekolah prioritas sangat tinggi.Pendekatan inovatif ini mendukung kebijakan yang lebih tepat sasaran, diharapkan mampu menurunkan angka stunting dan membangun fondasi sumber daya manusia unggul di Indonesia.